Selasa, 08 November 2016

TELEVISI DIGITAL

Tugas Soft Skill

2.1 Televisi Digital dan Televisi Analog

  • 2.1.A Sejarah TV Digital dan Analog
              Jaman sekarang sih TV yang sering dijumpai itu TV dengan kualitas gambar yang bagus dan berbagai pilihan dari masing - masing kecanggihan yang dibawa oleh setiap merknya. Dari semua itu tentu ada proses yang membawa televisi kini menjadi elektronik yang canggih.
         Dalam penemuannya, terdapat banyak pihak penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan ataupun Badan Usaha. TV adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.


  1. 1876 -> George Carey menciptakan sebuah selenium camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai sinar katoda.
  2. 1884 -> Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut teleskop elektrik dengan resolusi 18 garis.
  3. 1888 -> Freidrich Reinitzeer, Ahli Botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Tapi LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.
  4. 1897 -> Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar jika terkena sinar. Inilah yang menjadi dasar pembuatan TV layar tabung.
  5. 1900 -> Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.
  6. 1907 -> Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.
  7. 1927 -> Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan TV modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja TV.
  8. 1929 -> Vladimir Zworykin dari Rusia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT.
  9. 1940 -> Peter Goldmark menciptakan TV warna dengan resolusi mencapai 343 garis.
  10. 1958 -> Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan dikemukakan Dr. Glenn Brown.
  11. 1964 -> Prototipe sel tunggal display TV Plasma pertama kali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.
  12. 1967 -> James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
  13. 1968 -> Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
  14. 1975 -> Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.
  15. 1979 -> Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru Organic Light Emitting Diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis TV OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.
  16. 1981 -> Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.
  17. 1987 -> Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
  18. 1995 -> Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.
  19. Dekade 2000 -> Masing masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.

  • 2.1.B Perbedaan Penerimaan Sinyal Digital dan Analog
  1. Sinyal Analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombang. Dua Parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitudo dan frekuensi. Isyarat analog biasanya dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa berdasarkan dari analisis fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari perbedaan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan sinyal analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini mudah terpengaruh oleh noiceGelombang pada sinyal analog yang umumnya terbentuk gelombang sinus memiliki tiga variable dasar, yaitu Amplitudo, Frekuensi dan Phase.
  • Amplitudo merupakan ukuran tingi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
  • Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam bentuk detik.
  • Phase adalah besar sudut dari sinya analog pada saat tertentu.
     2. Sinyal digital adalah merupakan sinyal data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami                        perubahan yang tiba - tiba dan mempunyai besaran 0 dan 1. Sinyal teersebut hanya memiliki                dua keadaan, yaitu 0 dan 1 sehingga tidak mudah terpengaruh oleh darau, tetapi transmisi                    dengan sinyal digital hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relatif                                  dekat. Biasanya sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskret. 
         Sinyal yang mempunyai dua keadaan ini biasanya disebut dengan bit. Bit merupakan istilah                khas pada sinyal digital. Sebauh bit dapat berupa nol (0)  atau satu (1). Kemungkinan nilai                  untuk sebuah bit adalah 2 baah (21) kemungkinan nilai unutk 2 bit adalah sebanyak 4 (22),                  berupa 00 , 01, 10 dan 11. Secara umum, jumlah kemungkinan nilai yang terbentuk oleh                      kombinasi n bit adalah sebesesar (2n) buah.

  • 2,1,C Perbedaan Produksi TV Digital dan Analog
           Pada kenyataannya, memang siaran digital mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan analog seperti kualitas gambar yang lebih baik dan konsisten, banyaknya data yang bisa dikirim serta berbagai macam data bisa kita kirim. Sinyal yang dikirim melalui siaran digital tidak akan bermasalah seperti analog. Jika pada analog, semakin jauh dari pemancar maka sinyal akan lemah yang berakibat pada kualitas gambar. Berbeda dengan digital, selama TV bisa menerima sinyal (walaupun lemah), TV Digital akan tetap menghasilkan kualitas gambar yang bagus.

           Berdasarkan pernyataan diatas bahwa Televisi Digital atau penyiaran secara digital berbeda dengan penyiaran analog dan yang menjadi perbedaan diantara keduanya adalah jika dilihat dari sisi sistem penyiaran sampai berimbas atau berujung kepada kualitas dan kuantitas audio dan visual yang dihasilkan dari dua tipe penyiaran ini.

2.2 Digital Cinema
  • 2.2.A Bagaimana Produksi Film Digital

Film adalah merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, yaitu adalah penglihatan dan pendengaran, yang dimana mempunyai tema sebuah cerita yang banyak mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh.

Produksi film adalah proses pembuatan suatu film, mulai dari cerita, ide, atau komisi awal, melalui penulisan naskah, perekaman, penyuntingan, pengarahan dan pemutaran produk akhir di hadapan penonton yang akan menghasilkan sebuah program televisi. Pembuatan film terjadi di seluruh dunia dalam berbagai konteks ekonomisosial, dan politik, dan menggunakan berbagai teknologi dan teknik sinema. Biasanya pmebuatan film melibatkan sejumlah besar orang, dan memakan waktu mulai dari beberapa bulan hingga beberapa tahun untuk menyelesaikannya, meski bisa lebih lama lagi jika muncul masalah produksi.Tinjauan produksi film itu dapat dibagi menjadi 3 yaitu ; pra-produksi, produksi dan post-produksi.

  • 2.2.B Bagaimana Keunggulan dan Keindahan Film Digital
1. Lebih Komprehensif
Perbedaan paling utama dan mendasar adalah kemampuan media digital dalam melaporkan peristiwa dengan lebih komprehensif pada pembaca. Sebuah berita di era digital tak hanya terdiri dari teks dan foto, tapi juga tautan ke semua peristiwa sebelumnya yang mengawali momen termutakhir dari berita bersangkutan.
Dengan satu klik, pembaca bisa dibawa ke harta karun informasi digital yang bisa menjelaskan sejarah, kronologi dan konteks dari peristiwa yang tengah diberitakan. Peranan ini tentu saja tidak dimiliki oleh media cetak.
2. Lebih Otentik
Berita digital juga berpotensi lebih otentik, karena bisa menampilkan realitas secara lebih utuh. Bisa ada video di halaman yang sama dengan teks dan foto, sesuatu yang jelas menambah kredibilitas dan akurasi dari informasi yang dimuat di sana.
3. Big Data
Media digital yang belum banyak digali adalah kemampuannya menampilkan big data atau data besar. Semua angka-angka hasil survei kesehatan, survei demografi, sensus, angka-angka hasil pemantauan bertahun-tahun, kini sudah banyak tersedia sebagai data digital terbuka (open data) dan dengan mudah dapat diakses di internet.
Jika dulu suratkabar atau majalah hanya bisa memuat satu dua paragraf temuan berbagai survei itu dan melengkapinya dengan wawancara dengan pakar untuk menafsirkan data, kini data mentah itu bisa ditampilkan dengan utuh di laman media digital, dengan visualisasi yang menarik dan mengundang rasa ingin tahu pembaca.
Jurnalisme data akan menjadi tulang punggung utama jurnalisme di era digital, karena teknik ini memungkinkan publik mengakses data mentah dengan utuh, tanpa perantara dari pakar, pemerintah atau pengamat.
Untuk itu, jurnalis harus belajar dan berusaha keras mencari semua data-data yang relevan buat publik, membersihkannya dan menganalisanya, untuk kemudian ditampilkan dengan visualisasi yang mudah dipahami audiens.
Hal itu sangat penting agar data tak berhenti sebatas angka, namun bisa jadi pengetahuan yang berguna.
4. Interaksi Langsung
Yang satu ini menjadi kemampuan media digital yang tidak ditemukan di media cetak manapun, yakni kemampuannya untuk terhubung langsung dengan pembaca. Relasi atau engagement antara media, jurnalis dan pembaca kini memasuki era baru.
Pembaca kini adalah bagian dari redaksi, bagian dari newsroom di era digital. Mereka bisa memberikan tips, bocoran, saran, komentar, secara real time, pada redaksi. Aturan baku di media sosial adalah: selalu ada yang lebih tahu dari Anda di luar sana.
Pola diseminasi informasi di era digital kini multi arah, tak lagi hanya searah dari ruang redaksi yang “maha tahu” ke lautan pembaca yang perlu “diberi tahu”. Media massa kini adalah bagian dari percakapan publik, dimana produksi informasi tak lagi dimonopoli jurnalis.
Apa artinya? Ini kesempatan besar untuk jurnalisme menjadi lebih relevan. Bukankah jurnalisme pada dasarnya adalah upaya untuk menyediakan informasi yang penting dan berguna buat publik sehingga publik bisa mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik?
Jika khalayak ramai bisa langsung berkomunikasi dengan media dan menyampaikan apa saja yang mereka anggap penting, bukankah itu akan membuat redaksi dan jurnalis bisa bekerja lebih baik?
Jika dulu sama sekali tidak ada percakapan antara wartawan dan pembaca, kini publik dan media bisa bersama-sama merumuskan agenda pemberitaan, memfokuskan perhatian pada lembaga-lembaga yang memang perlu disorot karena dampaknya yang besar untuk kehidupan orang banyak.

  • 2.2.C Bagaimana Distribusi dan Pertunjukan Film Digital

Selama semester pertama 2012 tercatat 46 film Indonesia beredar di bioskop dengan 7.952.203 penonton. Tahun 2008 infrastruktur distribusi relatif sama dengan saat ini. Penyebab anjloknya jumlah penonton pada 1990 dibanding 2012 sudah jelas, yaitu karena sebagian besar bioskop “tradisional” dengan satu layar yang tersebar di berbagai pelosok nusantara gulung tikar, dan sebaliknya bertumbuhan sinepleks mewah dengan beberapa layar. Hampir semua sinepleks milik jaringan 21/XXI, yang ditopang dengan jaringan importir milik sendiri, serta berada di mal - mal seputar Jabodetabek dan kota - kota besar.
Saat ini ada 152 sinepleks dengan 672 layar, yang berarti bertambah banyak dibanding setahun lalu (139 sinepleks dengan 619 layar). Meskipun begitu, masa tayang film Indonesia justru menjadi semakin singkat dari rata - rata delapan minggu tahun lalu menjadi enam minggu. Hal itu disebabkan film impor yang beredar semakin banyak, bukan hanya jumlah judulnya tetapi juga banyaknya layar menayangkan. Film-film besar Hollywood kini diimpor PT Omega Film yang masih berkaitan dengan importir lama milik jaringan 21/XXI yang dilarang beroperasi oleh menteri Keuangan tahun lalu (PT Camila Internusa dan PT SatryaPerkasaEsthetika)bisa diputar serentak di lebih dari 150 atau bahkan hampir 200 layar.
Berkurangnya masa tayang dan semakin sedikitnya layar yang menayangkan film Indonesia dalam satu periode berarti mengurangi kesempatan masyarakat menonton. Sayangnya, salah satu dari produser yang mengeluh filmnya kehilangan banyak layar akibatnya serbuan film impor baru tidak bersedia dikutip keterangannya karena alasan yang masuk akal.

Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar